Domestik.co.id – Pembuangan limbah Nuklir Jepang belakangan ini menjadi perhatian banyak pihak. Karena negara Sakura mengambil langkah yang kontroversial, membuang air radioaktif dari PLTN Fukushima Daiichi ke Samudera Pasifik.
Karena sikapnya ini Jepang menuai banyak kecaman baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Sejumlah negara juga memberikan reaksi dengan melarang negaranya untuk mengimpor hasil laut dari Jepang.
Hal tersebut sebagai bentuk protes karena tidak setuju dengan sikap negeri Sakura yang membuang limbah Nuklir secara sembarangan. Bahkan membuangnya ke laut bisa membahayakan ekosistem pada lautan.
Membuang Limbah Nuklir ke Samudera Pasifik
Sejak terjadinya tsunami pada tahun 2011 lalu, merusak PLTN dan lebih dari 1 juta metrik ton air limbah Jepang olah dan mulai dibuang ke Samudera Pasifik. Yakni lebih tepatnya adalah 1,3 juta metrik ton air pihak Jepang buang secara bertahap.
Untuk pembuangan pada tahap pertama yakni sekitar 7.800 m2 atau setara dengan tiga kolam renang untuk olimpiade air. Proses pembuangannya akan berlangsung 17 hari lamanya. Sedangkan proses melepaskan 1,3 jt metrik ton air limbah membutuhkan waktu 30 tahun.
Yudi Utomo, selaki pakar Nuklir UGM menyampaikan hal ini bisa membuat biota laut mati karena menelan radiasi zat radioaktif yang terkandung. Karena itu semua merupakan racun dan zat radioaktif adalah toksik.
Jepang Yakin Olahan Fukushima Aman
Mengetahui banyaknya kecaman dari banyak negara, Jepang tetap bersikukuh bahwa air dari olahan Fukushima ini aman. Karena sudah ada dukungan lampu hijau dari Badan Energi Atom Internasional untuk melepaskan air limbah nuklir tersebut.
Sebelumnya sudah menyimpulkan bahwa dampak air olahan ini terhadap manusia dan lingkungan bisa mereka abaikan. Meski sudah mengklaim aman, namun keputusan Jepang membuangnya ke Samudera Pasifik menimbulkan rasa khawatir.
Beberapa negara merasa khawatir bahkan ada yang berhenti melakukan impor seafood dari negeri Sakura ini sebagai langkah mencegah kontaminasi radioaktif pada keamanan pangan. Adapun alasan negara ini tetap melakukannya adalah;
Alasan Jepang Membuangnya Ke Samudera Pasifik
Karena air nuklirnya sudah disaring, Tepco menyaring air sudah terkontaminasi untuk menghilangkan isotopnya. Hanya menyisakan tritium serta isotop radioaktif yang sulit dipisahkan. Cara untuk mengatasinya dengan mengencerkan air sampai kadar tritiumnya berada pada bawah batas peraturan sebelum membuangnya ke laut.
Air dengan kandungan tritium tersebut secara rutin akan Jepang keluarkan dari pembangkit listrik tenaga nuklir seluruh dunia. Serta pihak berwenang juga mendukung penanganan air Fukushima dengan cara ini.
Dan tritium juga mereka anggap relatif tidak berbahaya, karena radiasinya tidak cukup energik untuk bisa menembus kulit manusia. Jika tertelan kadar airnya bisa menyebabkan resiko kanker semakin meningkat berdasarkan artikel Scientific American pada tahun 2014.
Selain itu, alasan lainnya Jepang menganggap air bekas Nuklir ini aman. Namun hal tersebut berbanding terbalik dengan pendapat aktivis lingkungan, bahwa semua dampak belum diteliti mungkin saja terjadi.
Alasan harus membuangnya juga karena tangki penyimpanannya sudah penuh. Dengan adanya lampu hijau seperti sudah kita bahas sebelumnya, negara tersebut semakin yakin untuk melakukannya.
Padahal Greenpeace memberikan pernyataan bahwa risiko dari radiologi belum sepenuhnya mendapat penilaian. Dan Jepang juga sudah mengabaikan dampak dari biologi tritium, dan zat berbahaya lainnya.
Tidak heran kini banyak negara yang mengecam limbah nuklir Jepang karena membuangnya langsung ke laut lepas.