Apakah kalian pernah bertanya-tanya mengapa gempa bumi terjadi saat ini? Fenomena alam yang menakutkan ini seringkali menimbulkan kekhawatiran dan kerugian bagi banyak orang. Namun, tahukah kamu apa sebenarnya yang menyebabkan terjadinya gempa bumi? Misalnya gempa bumi Gunungkidul yang baru saja terjadi atau gempa di Tuban. Mari kita bersama-sama menjelajahi penyebab di balik guncangan hebat ini.
Daftar isi artikel
Penyebab Gempa Bumi
Penyebab terjadinya gempa bumi merupakan hal yang sangat kompleks dan melibatkan berbagai fenomena alam yang saling terkait. Dalam artikel ini, kita akan membahas beberapa faktor utama yang menyebabkan gempa bumi.
Aktivitas Tektonik
Tektonik lempeng adalah salah satu faktor utama yang menyebabkan terjadinya gempa bumi di berbagai belahan dunia. Bumi terdiri dari lapisan-lapisan besar yang disebut lempeng tektonik yang bergerak secara konstan akibat panas di dalam bumi.
Ketika lempeng-lempeng ini bertabrakan, bergeser, atau saling mendesak, tekanan yang dihasilkan dapat memicu terjadinya gempa bumi. Gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas tektonik ini dapat terjadi baik di daratan maupun di laut, dan seringkali memiliki magnitudo yang besar.
Geseran Lempeng
Geseran antar lempeng juga dapat menjadi pemicu terjadinya gempa bumi yang bisa dirasakan oleh manusia. Ketika dua lempeng bertabrakan atau bergeser, energi yang dilepaskan akibat gesekan ini dapat menciptakan gelombang gempa bumi yang menyebar ke berbagai arah.
Gempa bumi akibat geseran lempeng seringkali terjadi di zona-zona subduksi atau zona transformasi, di mana aktivitas tektonik sangat tinggi. Hal ini seringkali mengakibatkan gempa bumi yang sangat merusak dan bahkan dapat menyebabkan tsunami.
Aktivitas Vulkanik
Letusan gunung berapi juga dapat menjadi pemicu terjadinya gempa bumi di sekitarnya. Ketika magma dari dalam bumi naik ke permukaan dan melewati saluran vulkanik, tekanan yang dihasilkan dapat menciptakan gempa bumi vulkanik.
Selain itu, aktivitas vulkanik yang intensif juga dapat menyebabkan pergeseran lempeng tektonik di sekitarnya, yang kemudian dapat memicu gempa bumi tektonik.
Gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas vulkanik biasanya memiliki sifat yang berbeda dengan gempa bumi tektonik, namun keduanya tetap merupakan ancaman yang serius bagi kehidupan manusia.
Skala Gempa Bumi
Sebagai salah satu bencana alam yang sering terjadi di berbagai belahan dunia, gempa bumi membutuhkan skala tertentu untuk dapat mengukur seberapa besar dampaknya.
Terdapat beberapa skala yang digunakan untuk mengukur gempa bumi, di antaranya adalah Skala Richter, Skala Mercalli, dan Skala Moment Magnitude. Setiap skala memiliki cara pengukuran yang berbeda-beda dan memberikan informasi yang berbeda pula.
Skala Richter
Skala Richter adalah salah satu skala gempa bumi yang paling dikenal luas. Skala ini digunakan untuk mengukur besar kecilnya gempa bumi berdasarkan energi yang dilepaskan. Skala ini diciptakan oleh Charles F. Richter pada tahun 1935 dan merupakan skala logaritmik.
Artinya, setiap peningkatan satu angka pada skala Richter menunjukkan peningkatan energi gempa bumi sebanyak 31,6 kali lipat. Sebagai contoh, gempa bumi dengan magnitudo 6 akan memiliki energi 31,6 kali lipat lebih besar daripada gempa bumi magnitudo 5.
Skala Mercalli
Skala Mercalli, juga dikenal sebagai Modified Mercalli Intensity (MMI), merupakan skala yang digunakan untuk mengukur intensitas getaran gempa bumi yang dirasakan oleh manusia dan dampaknya pada bangunan.
Skala ini dinamai dari Giuseppe Mercalli, seorang ahli vulkanologi Italia yang menciptakan skala ini pada tahun 1902. Skala Mercalli terdiri dari dua belas tingkat, mulai dari I (Terlalu Lemah untuk Dirasakan) hingga XII (Total Kerusakan).
Skala Moment Magnitude
Skala Moment Magnitude (Mw) adalah skala modern yang digunakan untuk menentukan besarnya gempa bumi. Skala ini diperkenalkan pada tahun 1979 oleh Thomas C. Hanks dan Hiroo Kanamori sebagai alternatif yang lebih akurat daripada skala Richter.
Skala Moment Magnitude memperhitungkan energi total yang dilepaskan oleh gempa bumi dan luas area yang terdampak oleh gempa tersebut. Skala ini dapat memberikan informasi yang lebih akurat terutama untuk gempa bumi yang besar.
Dampak Gempa Bumi
Kerusakan Bangunan
Gempa bumi bisa menyebabkan kerusakan pada bangunan dan infrastruktur yang ada di sekitarnya. Guncangan yang kuat dari gempa dapat membuat struktur bangunan retak, bahkan runtuh.
Bangunan dengan konstruksi yang tidak kuat atau bangunan lama lebih rentan terhadap kerusakan akibat gempa bumi. Kerusakan bangunan dapat mengakibatkan kerugian materi yang sangat besar bagi pemiliknya dan juga dapat menjadi ancaman bagi keselamatan jiwa manusia yang berada di dalamnya.
Diperlukan perencanaan bangunan yang sesuai serta pemeliharaan berkala untuk mengurangi risiko kerusakan bangunan akibat gempa bumi.
Korban Jiwa
Dampak terburuk dari gempa bumi adalah menimbulkan korban jiwa bagi penduduk yang terdampak. Guncangan yang dahsyat dari gempa bisa mengakibatkan bangunan runtuh, jalan tertutup longsor, dan benda-benda berat di sekitar bergerak hingga menimbulkan bahaya bagi manusia.
Korban jiwa akibat gempa bumi bisa sangat banyak terutama jika gempa terjadi di daerah yang padat penduduk. Selain itu, ketidakmampuan akses keselamatan seperti evakuasi yang lambat juga dapat meningkatkan jumlah korban jiwa akibat gempa bumi.
Peningkatan kesadaran akan perilaku yang aman saat terjadi gempa bumi serta perencanaan evakuasi yang baik dapat membantu mengurangi risiko terjadinya korban jiwa.
Kerusakan Lingkungan
Gempa bumi juga dapat menyebabkan kerusakan pada lingkungan sekitarnya. Gempa bumi dengan kekuatan besar bisa memicu tanah longsor apabila kekuatan guncangannya mengganggu stabilitas tanah.
Selain itu, gempa bumi di daerah pesisir bisa menimbulkan tsunami yang dapat merusak lingkungan pantai. Tsunami dapat membanjiri perkampungan di sekitar pantai dan merusak ekosistem laut yang ada.
Kerusakan lingkungan akibat gempa bumi juga bisa membahayakan hewan dan tumbuhan yang menjadi bagian dari ekosistem tersebut. Diperlukan tindakan restorasi lingkungan untuk memulihkan kerusakan yang terjadi dan mengurangi dampak negatifnya terhadap ekosistem yang terkena dampak.