Mengenang Wafatnya Nabi Muhammad SAW pada 8 Juni 632: Momen Bersejarah dalam Peradaban Islam

8 juni 632 Nabi Muhammad meninggal dunia

domestik.co.id – Pada tanggal 8 Juni 632 Masehi, dunia Islam kehilangan sosok yang tak tergantikan, Nabi Muhammad SAW. Hari itu dikenang sebagai momen yang sangat bersejarah, bukan hanya bagi umat Muslim, tetapi juga bagi peradaban dunia secara keseluruhan.

Muhammad bukan hanya seorang nabi, tetapi juga seorang pemimpin revolusioner yang berhasil mempersatukan Jazirah Arab dalam satu keyakinan dan sistem sosial yang utuh.

Bacaan Lainnya

Artikel ini mengulas lebih dalam mengenai detik-detik wafatnya beliau, dampaknya terhadap umat Islam, serta warisan yang ditinggalkannya hingga kini.

Latar Belakang Sejarah

Nabi Muhammad SAW lahir pada tahun 570 M di kota Mekah, yang saat itu merupakan pusat perdagangan dan kegiatan keagamaan di wilayah Arab.

Beliau dikenal sebagai sosok yang jujur dan terpercaya, hingga mendapat gelar Al-Amin. Pada usia 40 tahun, Muhammad menerima wahyu pertama dari Allah SWT melalui Malaikat Jibril di Gua Hira.

Wahyu tersebut menjadi awal dari misi kenabian untuk menyampaikan ajaran Islam kepada umat manusia.

Selama lebih dari dua dekade, Muhammad berjuang menghadapi berbagai tantangan, mulai dari penolakan masyarakat Mekah, boikot, penganiayaan, hingga peperangan.

Namun, dengan kesabaran dan strategi yang matang, beliau berhasil mengubah wajah Jazirah Arab dari masyarakat yang terpecah belah menjadi bangsa yang bersatu di bawah ajaran tauhid.

Peristiwa Menjelang Wafat

Menjelang wafatnya, Nabi Muhammad mengalami sakit selama beberapa hari. Penyakit itu dimulai sekitar bulan Rabiul Awal tahun ke-11 Hijriah.

Beliau sempat memimpin shalat dan memberikan khutbah di hadapan para sahabat, termasuk khutbah perpisahan yang sarat pesan kemanusiaan dan tuntunan hidup.

Dalam khutbah tersebut, beliau menekankan pentingnya menjaga persatuan, melaksanakan shalat, serta memperlakukan kaum perempuan dengan baik.

Pada hari-hari terakhir, beliau dirawat di rumah istrinya, Aisyah binti Abu Bakar. Nabi menunjukkan tanda-tanda melemahnya fisik, namun tetap menjaga ibadah dan komunikasi dengan para sahabat.

Baca Juga  Peristiwa Sejarah 17 Juni

Ketika kondisi kesehatannya semakin menurun, beliau menunjuk Abu Bakar untuk menggantikannya sebagai imam shalat, yang menjadi indikasi bahwa Abu Bakar akan menjadi penerus kepemimpinan umat.

Akhirnya, pada hari Senin, 8 Juni 632 M, Nabi Muhammad SAW menghembuskan napas terakhirnya dalam pelukan Aisyah.

Kabar wafatnya beliau menyebar cepat di Madinah dan mengguncang hati para sahabat. Umar bin Khattab bahkan tidak mempercayai berita tersebut hingga Abu Bakar menenangkan dan mengingatkannya dengan ayat Al-Qur’an bahwa semua makhluk pasti akan meninggal dunia.

Dampak dan Reaksi Umat Islam

Kewafatan Nabi Muhammad membawa kesedihan mendalam bagi umat Islam. Sosok yang selama ini menjadi sumber wahyu, pemimpin spiritual, dan teladan moral telah tiada.

Namun, justru di saat inilah keimanan para sahabat diuji. Mereka harus menjaga stabilitas umat dan memastikan ajaran yang telah diturunkan tidak menyimpang.

Abu Bakar As-Siddiq tampil sebagai pemimpin yang bijaksana. Dalam pidatonya, ia menegaskan bahwa siapa pun yang menyembah Muhammad, maka Muhammad telah wafat, namun siapa yang menyembah Allah, maka Allah Maha Hidup dan tidak akan mati.

Pidato ini menegaskan prinsip dasar Islam bahwa keimanan tidak bergantung pada sosok manusia, tetapi pada Tuhan Yang Maha Esa.

Kepemimpinan Abu Bakar menjadi awal dari era Khulafaur Rasyidin, periode pemerintahan empat khalifah yang melanjutkan misi dakwah dan memperluas wilayah Islam ke berbagai penjuru dunia.

Warisan Abadi Sang Nabi

Warisan yang ditinggalkan oleh Nabi Muhammad tidak hanya terbatas pada Al-Qur’an dan hadis, tetapi juga sistem sosial, hukum, dan etika yang membentuk fondasi masyarakat Muslim.

Ajaran beliau mencakup berbagai aspek kehidupan, dari ibadah, ekonomi, pendidikan, hingga hubungan antarmanusia.

Salah satu warisan terpenting adalah Piagam Madinah, yang dianggap sebagai konstitusi pertama di dunia.

Dokumen ini menetapkan prinsip-prinsip hidup berdampingan antarumat beragama, keadilan sosial, dan hak-hak minoritas.

Baca Juga  Peristiwa Sejarah 8 Maret

Nilai-nilai yang terkandung dalam piagam ini menjadi bukti nyata bahwa Islam sejak awal mengedepankan toleransi dan keadilan.

Di bidang akhlak, Nabi Muhammad dikenal sebagai uswatun hasanah, atau teladan yang baik. Beliau menunjukkan kasih sayang kepada anak-anak, kelembutan kepada perempuan, keadilan dalam memimpin, serta kesederhanaan dalam hidup.

Ajaran-ajaran tersebut tetap relevan dan menjadi pedoman umat Islam dalam menghadapi berbagai tantangan zaman modern.

Peringatan dan Refleksi

Hingga kini, tanggal 8 Juni sering diperingati oleh sebagian umat Islam sebagai hari refleksi untuk mengenang jasa dan pengorbanan Nabi Muhammad.

Peringatan ini bukanlah ritual ibadah, tetapi lebih pada momen introspeksi untuk meneladani kehidupan Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari.

Di berbagai negara Muslim, termasuk Indonesia, banyak kegiatan keagamaan yang digelar untuk memperdalam pemahaman terhadap sirah nabawiyah (sejarah hidup Nabi), kajian-kajian tentang akhlak Rasulullah, dan dakwah yang mengedepankan nilai-nilai kedamaian dan persatuan.

Wafatnya Nabi Muhammad SAW pada 8 Juni 632 menjadi salah satu peristiwa paling monumental dalam sejarah manusia.

Meskipun beliau telah tiada, ajarannya terus hidup dan menjadi cahaya bagi miliaran umat manusia di seluruh dunia.

Pemersatu Jazirah Arab ini bukan hanya dikenang karena keberhasilannya dalam menyebarkan Islam, tetapi juga karena keteladanannya dalam memimpin dengan hati nurani dan keadilan.

Mengingat kembali peristiwa tersebut bukan semata sebagai bentuk penghormatan, tetapi juga sebagai pengingat bahwa perjuangan menegakkan kebenaran dan keadilan adalah tugas setiap generasi.

Seperti yang beliau sabdakan, umatnya di akhir zaman akan senantiasa memegang erat tali agama ini selama mereka berpegang pada Al-Qur’an dan sunnahnya.

Semoga kita semua dapat terus meneladani Nabi Muhammad dalam perkataan, perbuatan, dan niat, serta menjadikan hidup ini sebagai ladang amal untuk akhirat yang kekal.

 

Lamar Sekarang

Pos terkait