domestik.co.id – Tanggal 11 Juni 1346 menandai momen penting dalam sejarah Kekaisaran Romawi Suci dengan terpilihnya Charles IV dari Luksemburg sebagai kaisar. Peristiwa ini bukan hanya menjadi babak baru dalam pemerintahan kekaisaran, tetapi juga menandai perubahan arah politik dan budaya Eropa Tengah pada Abad Pertengahan.
Charles IV lahir dengan nama Wenceslaus pada 14 Mei 1316 di Praha, wilayah yang kini menjadi Republik Ceko. Ia berasal dari Wangsa Luksemburg, salah satu keluarga bangsawan paling berpengaruh di Eropa pada saat itu.
Ayahnya, John dari Bohemia, merupakan seorang raja yang ambisius, namun lebih dikenal karena keterlibatannya dalam berbagai konflik militer daripada kebijakan dalam negeri.
Terpilihnya Charles IV sebagai Kaisar Romawi Suci terjadi dalam konteks politik yang rumit. Saat itu, Kekaisaran Romawi Suci mengalami ketidakstabilan akibat kepemimpinan Kaisar Ludwig IV dari Wangsa Wittelsbach.
Ludwig dianggap kontroversial karena sering bertentangan dengan Paus dan kebijakannya yang tidak selalu menguntungkan para bangsawan Jerman.
Ketegangan antara kekuasaan sekuler dan otoritas gereja mencapai titik didih, dan munculnya Charles IV sebagai calon alternatif mencerminkan keinginan untuk meredam konflik tersebut.
Dukungan terhadap Charles IV datang dari Paus Klemens VI yang menginginkan penguasa yang lebih patuh terhadap otoritas gereja. Paus melihat dalam diri Charles seorang pemimpin yang bisa menyeimbangkan kekuasaan duniawi dengan nilai-nilai gerejawi.
Dengan restu Paus dan dukungan dari sejumlah pangeran elektor di dalam Kekaisaran, Charles akhirnya dipilih sebagai Raja Romawi (Rex Romanorum) pada 11 Juni 1346 di Rhens, dekat Mainz.
Pemilihan ini pada awalnya tidak sepenuhnya diakui oleh seluruh wilayah kekaisaran karena Ludwig IV masih memegang kekuasaan.
Namun, setelah kematian Ludwig dalam kecelakaan berburu pada Oktober 1347, Charles IV mendapatkan legitimasi penuh sebagai Kaisar Romawi Suci.
Penobatannya secara resmi dilakukan oleh Paus pada tahun 1355 di Roma, setelah melalui berbagai upaya diplomatik dan penguatan kekuasaan di wilayah kekaisaran.
Charles IV dikenal sebagai seorang pemimpin yang cerdas dan visioner. Salah satu pencapaian terbesarnya adalah dikeluarkannya Golden Bull pada tahun 1356, sebuah dekret yang menetapkan aturan resmi tentang pemilihan kaisar.
Dokumen ini menjadi landasan hukum penting dalam struktur politik Kekaisaran Romawi Suci dan berlaku hingga abad ke-19. Melalui Golden Bull, Charles berusaha menciptakan stabilitas dan mengurangi konflik di antara para pangeran elektor.
Selain itu, Charles IV juga memperkuat posisi Praha sebagai pusat kekuasaan dan budaya. Ia mendirikan Universitas Charles di Praha pada tahun 1348, universitas tertua di Eropa Tengah, yang menjadi pusat pembelajaran dan budaya pada masanya.
Pembangunan katedral dan istana, serta upaya memperindah kota Praha, menunjukkan komitmennya dalam memperkuat identitas nasional Bohemia dalam kerangka kekaisaran.
Dalam kebijakan luar negeri, Charles IV lebih memilih pendekatan diplomasi daripada konflik bersenjata. Ia membina hubungan baik dengan negara-negara tetangga dan mencoba menjaga keseimbangan kekuatan di Eropa. Hal ini menjadikan pemerintahannya relatif damai dibandingkan dengan para pendahulunya.
Peninggalan Charles IV sebagai Kaisar Romawi Suci tetap dikenang sebagai masa stabilitas dan kemajuan budaya. Ia bukan hanya dikenal sebagai penguasa politik, tetapi juga sebagai pelindung seni dan pendidikan. Banyak kebijakan dan institusi yang ia dirikan tetap bertahan dan menjadi bagian dari warisan sejarah Eropa.
Terpilihnya Charles IV pada 11 Juni 1346 menjadi simbol pergeseran kekuasaan yang membawa arah baru bagi Kekaisaran Romawi Suci. Dengan kepemimpinan yang lebih diplomatis dan fokus pada penguatan institusi, ia meninggalkan jejak yang mendalam dalam sejarah Eropa.
Bagi para sejarawan, momen ini merupakan titik balik yang menandai berakhirnya dominasi konflik internal dan dimulainya era baru yang lebih terstruktur dalam kekaisaran.
Kesimpulannya, tanggal 11 Juni 1346 bukan hanya mencatat sebuah suksesi kepemimpinan, tetapi juga awal dari reformasi politik dan kebudayaan yang berkelanjutan di Eropa Tengah.
Charles IV dari Luksemburg membuktikan bahwa kekuasaan tidak hanya ditentukan oleh kekuatan militer, tetapi juga oleh visi dan kemampuan membangun fondasi kekaisaran yang kuat dan berkelanjutan.