Domestik.co.id – BMKG berimbauan pada warga Bengkulu, agar tetap waspada pada dampak dari fenomena alam El Nino. Mengutip dari situs resmi BMKG El Nino merupakan fenomena pemanasan SML atau Suhu Muka Laut di atas kondisi normal.
Ini terjadi pada wilayah Samudera Pasifik bagian tengah, adanya fenomena ini meningkatkan potensi pertumbuhan awan pada Samudera Pasifik Tengah. Serta mengurangi curah hujan terjadi pada Indonesia.
Secara singkatnya El Nino ini bisa memicu terjadinya kekeringan pada kawasan Indonesia secara umum. Oleh karena itu pihak BMKG meminta masyarakat khususnya warga Bengkulu untuk waspada pada dampak kekeringan yang akan wilayah tersebut alami.
Warga Bengkulu Harus Waspada
Adanya himbauan ini berasal dari BMKG Stasiun Klimatologi Pulau Baai, Bengkulu. Langsung memberikan himbauan kepada warganya agar lebih siap atau waspada terhadap perubahan cuaca yang terjadi dari dampak El Nino.
Anang Anwar selaku Kasi Data dan Informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Bengkulu menyampaikannya secara langsung. Ia memberikan penjelasan untuk provinsi Bengkulu akan terjadi perubahan musim.
Seperti beberapa waktu sebelumnya yakni mengalami musim kemarau basah untuk bulan September 2023. Serta akan terjadi perubahan lagi ke musim penghujan pada bulan yang sama. Hal ini terjadi karena adanya El Nino sehingga menimbulkan terjadinya perubahan cuaca ekstrem.
Cuaca seperti ini dapat menimbulkan bencana hidrometeorologi seperti adanya tanah longsor, banjir, angin kencang dan lainnya. Anang juga meminta masyarakat agar lebih waspada, karena beberapa wilayah Bengkulu berpotensi alami hujan ringan hingga lebat.
Hujannya juga disertai dengan angin kencang serta petir. Pendapat dari Anwar kecepatan angin pada wilayah beberapa hari kedepan mencapai 4-25 knots. Jadi Anwar juga memberi imbauan agar lebih waspada pada angin kencang dan gelombang, Karena bisa membuat ketinggian perairan laut Bengkulu naik bahkan mencapai 4 Meter.
26 Titik Panas Berpotensi Terjadi Kebakaran
Selain itu, ia juga menyampaikan beberapa titik panas yang berpotensi akan mengakibatkan terjadinya kebakaran hutan lahan. Untuk 26 titik ini terdeteksi lokasinya berada pada wilayah; Kab, Bengkulu Tengah, Lebong, Seluma, dan Bengkulu Utara.
Potensinya lebih besar karena wilayah tersebut terdapat lahan kebun kelapa sawit. Apalagi dengan tidak adanya hujan selama beberapa pekan bisa menyebabkan deteksi titik panas muncul pada beberapa wilayah tersebut.
Sehingga tingkat kewaspadaan harus lebih masyarakat tingkatkan. Terlebih kini sudah cukup banyak wilayah yang menjadi lokasi kebakaran hutan dan lahan. Serta menghadapi perubahan iklim yang begitu ekstrim.
Kebakaran Hutan dan Lahan
Sebelumnya banyak kabar menyebutkan telah terjadi kebakaran hutan dan lahan pada beberapa wilayah di Indonesia. Perubahan iklim menjadi salah satu penyebabnya, hal ini juga sudah pihak BMKG konfirmasi.
Yakni Ardhasena Sopaheluwakan selaku Plt Deputi BMKG sampaikan bahwa musim kemarau berkepanjangan serta kering menjadi penyebab terjadinya kebakaran hutan. Bahkan untuk tahun ini musim kemarau Indonesia terjadi lebih panjang karena adanya fenomena El Nino.
Fenomenanya terjadi sejak Februari atau Maret tapi dampaknya akan terasa hingga akhir Oktober. Namun Ardhasena menyebutkan kemarau ini hanya menjadi latar belakang terjadinya kebakaran bukan penyebabnya.
Pihak BMKG ini menyebutkan, bahwa perbuatan manusia pada lingkungan sekitar yang menjadi penyebab terjadinya Kebakaran Hutan dan Lahan. Sebab hutan dan lahan tidak dapat terbakar dengan sendirinya begitu saja.